“Ungu itu lagu-lagunya enak, vokalisnya suaranya juga enak, dan yang penting sih kata-katanya simple, gak ribet.”
Demikan ungkap Leo, seorang mahasiswa yang selalu mendengarkan radio di
kosnya ketika ditanya mengapa ia menyukai grup musik Ungu. Survei
MarkPlus menunjukkan, di antara berbagai kelompok musik yang ada di
negeri ini, Ungu adalah band yang “masih” paling banyak difavoritkan.
Kenapa kami katakan “masih”? Sebab selama dua-tiga tahun belakangan,
berbagai survei yang dilakukan lembaga-lembaga riset media menunjukkan
Band Ungu selalu meraih popularitas tertinggi di puncak daftar band-band
paling dikenal dan digemari masyarakat. Apa sesungguhnya keunggulan
grup band yang berdiri tahun 1996 itu hingga bisa mempertahankan
ketenarannya?
Tidak hanya rajin mengeluarkan album, band asal kota Bandung ini
memang jeli memanfaatkan musim. Menjelang bulan puasa Ungu pun
mengeluarkan album religi. Pemakaian lagu-lagu Ungu untuk soundtrack
sinetron televisi juga merupakan simbiosis mutualisme. Popularitas
sinetron akan terangkat. Dan sebaliknya, dipakai sebagai soundtrack
sinetron otomatis lagu-lagu Ungu akan semakin sering didengar orang,
otomatis popularitasnya lebih terangkat. Secara musik, sesungguhnya
tidak ada yang begitu istimewa dari musik Ungu. Alur melodinya
sederhana, namun catchy-menarik perhatian, mudah diingat dan dinyanyikan.
Simplisitas seperti yang diungkapkan Leo tadi menjadi kunci utama
band-band Indonesia masa kini untuk meraih hati penggemarnya. “Saya
tidak suka band-band jadul yang syairnya romantis atau puitis, berat!”
cetus Leo ketika ditanya band yang tidak disukainya. Tampaknya selera
musik masyarakat mengalami pergeseran. Kini penikmat musik umumnya di
tanah air cenderung menyukai hal-hal yang lebih mudah diterima, simpel,
apa adanya, fresh, dan sedikit banyak mewakili apa yang terjadi
dalam hidup mereka. Karenanya jenis musik dan syair dalam lagu-lagu
Ungu yang cenderung sederhana dan mudah dicerna jadi cepat diterima
masyarakat dan relatif bertahan lama.
Meski paling populer, Ungu bukanlah satu-satunya grup band yang
dicintai penikmat musik tanah air. Sejumlah grup band lain juga
disebutkan, seperti ST12, PeterPan, D’Massiv, Dewa, Kerispatih, Slank,
Nidji, dan lain-lain. Jika ditilik dari warna musik masing-masing grup
tersebut, terlihat bahwa sesungguhnya rentang selera musik masyarakat
cukup luas, dari pop, pop melayu hingga pop rock. Kalau boleh dibilang,
sesungguhnya negeri ini cukup melimpah dengan banyaknya musisi dan grup
band. Selalu saja ada penyanyi atau grup musik yang baru, meski tidak
semuanya berhasil meraih puncak popularitas.
Melimpahnya pemusik di Indonesia tentu saja juga didorong oleh tingginya demand.
Sebab, sesungguhnya musik tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia,
terutama anak muda. Tengok saja gaya yang sedang trend saat ini.
Mungkin hampir tidak ada anak muda urban saat ini yang tidak punya
gadget pemutar musik, apa pun jenisnya dan mereknya. Dari I-pod keluaran
Apple berukuran gigabyte hingga sekadar MP3 player sekian ratus megabyte buatan China. Ke mana-mana hampir selalu gadget
musik ini dibawa. Di perjalanan, di bus kota, diam-diam di ruang
kuliah, bahkan juga di ruang kerja kantor. Tentu saja, perangkat earphone mutlak
dikenakan agar tidak mengganggu orang-orang di sekitar. Intinya, tidak
ada saat dilewatkan tanpa dendang musik kesayangan.
“Biar nggak bete, kalau denger musik kan mood kita jadi happy,” ujar seorang teman kerja di kantor yang gemar bekerja sambil mendengarkan musik dengan earphone.
Berbagai riset mengenai musik menghasilkan temuan-temuan yang
menguatkan adanya korelasi antara musik dan kondisi perasaan. Yang sedih
bisa jadi gembira, yang suntuk jadi semangat. Fanatisme pada suatu
aliran musik atau bahkan sebuah kelompok musik bisa timbul jika
lagu-lagu dari kelompok musik tertentu mampu membuat pendengarnya merasa
dirinya terwakili oleh musik kelompok itu. “Gue banget,” begitu
ungkapan populernya. Itu sebabnya sebuah grup band yang populer lewat
musik biasanya akan digaet juga untuk jadi bintang iklan, main film,
bahkan juga penggaet massa kalangan muda dalam kampanye partai-partai
politik menjelang pemilu. Sebab itu, pikatlah orang muda dengan musik
yang simpel.
Tulisan ini dibuat dalam rangka MarkPlus Conference 2011 “Grow
With the Next Marketing” Jakarta, 16 Desember 2010, yang juga didukung
oleh Kompas.com dan www.the-marketeers.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar